Minggu, 29 Maret 2015

Gendruk Suhara

GENDRUK SUHARA
     Pagi itu Suha sedang berjalan-jalan melihat desanya. Desa yang telah lama ia tidak lihat sebab kepergiaannya selama 15 tahun di negri orang untuk menggantungkan ilmunya. Suha merupakan anak gadis satu-satunya di desa itu yang mampu menggapai cita-citanya. Betapa tidak,ia mengingat pengorbanannya yang sangat besar agar dapat melanjutkan sekolah. Betapa dalam ia dengan lamunannya hingga ia tak sadaar seorang perempuan berambut panjang  yang sedang menggendong seorang balita dan memegang anak perempuan yang Nampak kotor dengan bajunya yang lusuh  memandanginya dengan rasa penasaran sekaligus heran. Dengan  penasaran dan ragu perempuan itu akhirnya mengeluarkan kata dengan nada pelan dan sedikit serak “SUHARA…….??”. suha tiba-tiba tersentak dengan suara itu “ANI… kaukah itu?”. Suha mendekati  perempuan itu  “ia suhara aku ani, sahabat mu. Aku tak menyangka kau masih mengingat ku setelah kepergian mu yang cukup lama.”. “ani, mengapa kau berkata seperti itu mana mungkin aku melupakan sahabat terbaikku yang membantu aku dalam menggapai cita-cita ku”. Ani hanya terdiam dengan air mata haru di pipinya. “A ni apakah mereka ini anak-anak mu? Siapa ayahnya?”. Ani terdiam sejenak dan memandangi anaknya “ Ia mereka anakku,dan,,,dan ayahnya adalah Harman.” . “ Apa? Harman..harman yang dulu kau bilang kau sangat membencinya ,karna kebiasaannya yang buruk yang selalu membuat onar di mana-mana,hmm…maaf tapi kenapa kau bisa menikah dengannya?” . “ itulah suha aku sangat menderita dengan perjodohan ini karna orang tuaku yang memaksaku untuk jadi istrinya, orang tuaku hanya memandang bahwa mereka orang yang di segani di desa ini yang juga mereka dari keluarga terpandang, dan sampai sekarang mereka baru menyesal atas diri ku yang selalu di siksa oleh Harman . namun apa daya sudahlah ini sudah terjadi.”
Di tengah pembicaraan mereka balita yang ada di gendongan ani merengek sepertinya ia sudah ingin pulang, “ suha ayo kita kerumah ku sepertinya anakku sudah ingi pulang”. Mereka berdua berjalan menuju rumah ani. Setelah beberapa menit mereka sampai di gubuk yang di sebut ani rumahnya . sebenarnya ini tak layak di sebut rumah karna atap dari tempat tersebut sudah hampir rubuh dan dinding yang sudah rapu dimakan rayap. Suha tak tega bertanya lebi banyak lagi dengan kehidupan ani. “suha?”. “ia..ada apa?” . “ jadi bagaimana keinginan mu selanjutnya,bukankah kau sekaraang sudah sarjana?”. “o itu,,aku ingin membuat sekolah di desa ini karna aku tak ingin generasi selanjutnya setelah kita mengalami hal serupa yang dapat membuat masa depan mereka menjadi suram aku ingin walau desa ini terpencil tapi dapat bersaing dengan anak-anak kota.” “aku sangat setuju dengan itu.”. setelah berbincang cukup lama suha berpamitan pulang.
Ia pun kemudian kembali kerumahnya “ibu…..” . “ia,ibu di sini” . “ibu,bagaimana pendapat ibu aku akan mendirikn sekolah di desa ini sesuai dengan  pesan mendiam ayah.”. ibu suha tak menjawab ia hanya mendesah “ibu,ada apa?. Apa ibu tak setuju?,bukankah itu adalah pesan ayah?”. “bukan begitu anakku tapi aku yakin ketua kampung di sini tak setuju.oya apakah kamu sudah bertemu dengan ani,dan yahnya itulah adalah ketua kampong di desa ini.”.  “apa? Tapi lalu kenapa ani   tiggal di rumah kumuh bu,mana mungkin”. “ayah ani sudah di butakan oleh harta bahkan ia rela mengorbankan anaknya sendiri”. Walaupun sudah di beri tahukan oleh ibunya suha masih tetap pada pendiriannya bahwa ia tetap akan mendirikan sekolah.
Keesokan harinya suha sudah mempersiapkan bahan untuk membuat sekolah yang akan ia bangun walau hanya berbahan sederhana dengan papan-papan dan peralatan sekolah laiinnya sampai siang itu Alhamdulillah sekolah teersebut sudah siap dengan bngku-bangku yang sudah rapi dan sekarang ia hanya perlu menunggu murid-murid yang ingin bersekolah . pakaiannya yang sudah rapi  beberapa menit ia menunggu datanglah ayah ani dan puluhan orang-orang di kampong itu  memaki-maki suha ia tak menginginkan suha mendirikan sekolah tapi suha benar-benar  mempertahankan pesan ayahnya hingga suha terluka karna di lempari batu oleh orang kampug bahkan sekolah itu sudah hampir di bakar namun ani datang dan menyuruh untuk memberhentikan kelakuan keji itu. Ia hanya menangis pilu  “ ayah,apa tak ada lagi hati nurani ayah,aku anak mu ayah yang rela mengobankan pendidikan ku demi keinginan ayah,demi ayah aku tersiksa seperti ini apa ayah tak pernah memikirkan keadaan ku?”. “hmmm!!! Baiklah aku akan memberi mu kesempatan jikalau sampai minggu depan kamu belum mendapatkan anak yang akan kamu jadikan murid,sekolah ini akan aku gusur!!!” setelah itu ayah ani pun prgi.
Berhari-hari pun suha mengajar di luar sekolah berharap ada anak yang mau belajar ada satu anak yang bnar-benar mau sekolah anak yang terlihat idiot namuunn sangat bersemangat untuk beljar suha pun menyuruhhnya besok untuk ke sekolah di sekolah yang sudah di bangun suha.
Hari itu adalah hari yang menegangkan bagi suha ia dan ayah ani sudah berada pada sekolah tersebut namun tak ada satupun anak yang datang “sudah aku duga tak mungkin kau akaan mendapatkan anak yang dapat kau ajar”. Ketika orang-orang akan memporak porandakan sekolah tersebut datanglah belasan anak berlarian menuju sekolah itu terutama nado. Suha sangat gembira melihat anak annak itu ayah ani pun pergi sesuai janjinya ia akan mengizinkan sekolah itu tetap berdiri. Akhirnya setelah banyak usaha dan doa sekaligus harapan sekolah itu brdiri dan namanya di kenal di mana mana yaitu dengan nama “GENDRUK SUHARA” yang berarti tak gentar dan penuh pengorbanan.


J SELESAI J
PENULIS DAN PENGARANG: DEVI ERI SUSANTI



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar