
Setelah
melalui berbagai kisah di Malaysia, ku akan segera pulang ke kampong halaman
ku. Namun pulang pun tak segampang bayangan di fikiran ku. Di perjalan aku
selalu berhati-hati atas kehadiran polisi karna maklum aku sebagai orang
pelarian yang tak punya ktp, maupun passport. Setelah berhasil melewati
kekhawatiran ku atas polisi, sekarang susah pun kembali menyusahkan ku saat ada
preman-reman yang mengepung ku, memegangi kedua tangan ku, dan juga kaki ku,
mereka meminta uang padaku, namun Nampaknya preman-preman berkulit hitam ini
masih punya rasa perikemanusiaan, mereka melepaskan ku ketika kuceritakan kisah
ku. Telah banyak uang yang ku keluarkan untuk biaya aku pulang ke kampong
halaman. Setelah sampai di pelabuhan, entah pelabuhan apa namanya, aku pun
lupa, atau mungkin aku tak tau. “karaeng ini dari mana?” suaranya mengagetkan
ku. “saya dari bantaeng,pak.”. “nama kareng siapa?”. “nuddin”. “kenapa karaeng,
berada di sini?”. “sebenarnya saya datang kesini untuk melihat pekerjaan di
sini, tapi… orang-orang tadi menghadang saya,pak. Mereka mengira saya punya
uang, namun padahal saya tak memiliki uang pak.”. sai’ di dekat ku ini hanya
melihat kebohongan ku berlanjut. Sai’ menemaniku pulang ke kampong halaman.
Tapi ku kira ian akan melarang, eh ternyata dia juga ikut-ikutan. “sebenarnya,
kami ini ingin mengantar orang untuk bekerja”. “ooo… begitu,”. Orang ini
langsung berubah sangat ramah, nampaknya orang ini membutuhkan pekerja
untuknya, entah untuk apa. Malam itu kami tidur di hotel, sesampanya di hotel ku
lihat kasur empuk itu ku langsung melompat, hingga badan ku memantul di atas
ranjang itu. Sai’ mengingatkan ku atas tingkah ku ini, karna di ruangan itu
banyak sisi tv. Setelah dua hari, aku pu melanjutka keinginan awal ku, yaitu
pulang ke kampong halaman. Aku pulang begitu lancer dengan bantuan orang itu.
Setelah
sampai di makasssar aku kebingungan mencari jalan pulang, sudah lama. Aku tak
tau jalan pulang. Ku melihat becak aku dan sai’ naik kebecak itu, setelah ku
sampai tempat yang ku tuju, aku berdebat dengan tukang becak dia menyuruh ku
untuk membayar 150.000. aku yah tidak terima, karna ongkosnya menurut ku tidak
masuk akal. Tukang becak itu menmanggil kawan-kawannya dan mengepung ku.
Akhirnya kami sepakat untuk membayar 50.000. setelah itu ku melanjutkan
perjalanan ku, ku bertemu dengan seorang polisi, polisi ini menanyai ku. Aku
kembali berbohong, aku mengatakan bahwa aku baru kembali dari Malaysia setelah
berpuluh-puluh tahun dan harus pulang dengan segera karna ada urusan penting,
jadi aku tak memiliki ktp atau tanda identitas apapun. Polisi baik hati itu
membantuku, ia memberhentikan dan menyuruh mobil itu agar mengantarkan ku ke terminal,
aku sebenarnya merasa bersalah tapi itu harus ku lakukan karna jika tidak,
entah apa yang akan terjadi. Aku akan
sampai ke rumah, sayangnya yang memalukan aku hanya membawa uang 50.000, tapi
aku juga merasa bahaagia karna sepulangku putri sulung ku juga sudah pandai
berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar